Breaking News
Loading...
Tuesday, 11 March 2014

Desa Takpala: Suku Abui Primitif yang Bersahabat

Ulasan Umum

Desa Takpala adalah kampung di Pulau Alor yang hingga saat ini masih dihuni oleh masyarakatnya yang primitif. Di tahun 1980, desa ini pun menjadi juara 2 tingkat nasional dalam kategori desa paling tradisional. Suku yang mendiami desa ini adalah Suku Abui. Meski yang mendiami tempat ini mungkin hanya puluhan, namun keturunannya telah mencapai ribuan orang dan menyebar. Masyarakat Abui sangat bersahaja dan ramah terhadap pengunjung yang ingin berwisata ke tempat ini.

Akomodasi

Penduduk asli (sumber: kidnesia.com)
Perumahan penduduk (sumber: travel.detik.com)
Bila Anda ingin langsung merasakan pengalaman menginap di kampung primitif, Anda bisa mencoba bermalam di salah satu rumah penduduk dengan meminta bantuan kepada kepala desa yang akan dengan senang hati mencoba membantu Anda.

Tips

Suku Abui memanfaatkan hasil alam terutama hutan dengan cara berladang atau berburu, jadi jika Anda datang di siang hari, desa akan lebih sepi karena masyarakat mencari makanan ke hutan dan berburu. Bila Anda ingin, Anda bisa mengikuti keseharian mereka langsung di lapangan.



Kuliner

Makanan asli suku Abui ialah jagung dan singkong. Mereka kadang juga mengkonsumsi nasi, namun tetap dipadukan dengan singkong dan jagung yang kemudian disebut sebagai katemak. Anda bisa ikut mencicipi makanan asli mereka langsung di sini. Selain itu, masyarakat Abui senang mengkonsumsi pisang dengan berbagai jenis proses masak yang dilakukannya. Sebagai pelengkap, akan tersedia pula teh dan kopi asli Alor yang bisa Anda coba selesai makan.

Cicipi pula sirih pinang selama berada di sini sebagai tanda persahabatan yang diberikan suku Abui kepada setiap tamu yang datang.

Kegiatan

Bila Anda ingin menyaksikan tarian khas masyarakat Abui, Anda dapat mendengarkan gemerincing gelang kaki dari hentakan kaki yang dihujamkan ke tanah oleh wanita suku Abui. Kemudian, para laki-laki pejuang akan menggemakan lagu dengan syairnya yang juga ikut beratraksi sambil mengangkat perisan dan senjata mereka. Namun, memang biaya yang harus dikeluarkan akan lebih mahal, yakni 1 juta rupiah, namun akan sepadan dengan kekayaan tradisi yang bisa Anda saksikan langsung dari masyarakatnya yang bersahabat dan bersahaja. (IMS)

0 comments:

Post a Comment

Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2014 Jelajah Tempat Wisata All Right Reserved